SISTEM TATA SURYA DAN KETERATURANNYA
I.
PENDAHULUAN
Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses
dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada penciptaan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan
proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui.
Aneka pertanyaan seperti ini telah menarik
perhatian sejak ras ma-nusia bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari
jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa
rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta
Mahatinggi yang menguasai seluruh jagat raya.
Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan
ke-teraturan jagat raya ini berkembang? Ini adalah kebenaran tak terbantahkan
yang dapat kita capai dengan menggunakan kecerdasan kita. Allah mengungkapkan
kenyataan ini dalam kitab suci-Nya, Al Quran, yang telah diwahyukan empat belas
abad yang lalu sebagai penerang jalan bagi kemanusiaan. Allah menya-takan bahwa
Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan, untuk suatu tujuan khusus,
serta dilengkapi dengan semua sistem dan keseimbangannya yang dirancang khusus
untuk kehidupan manusia.
Allah mengajak manusia untuk mempertimbangkan
kebenaran ini dalam ayat berikut:
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah
langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu
me-nyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan
siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.” (QS.
An-Naazi’aat: 27-30)
Pada ayat lain dalam Al Quran dinyatakan pula
bahwa manusia harus melihat dan mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan
di alam semesta yang telah diciptakan Allah untuknya, serta memetik pelajaran
dari pengamatannya:
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memahami (nya).” (QS. An-Nahl: 12)
Masih banyak lagi ayat al-Qur’an yang menjelaskan
dan memrintahkan kepada kaum muslimin untuk mempelajari apa yang ada di dunia
ini. Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan beberapa rumusan masalah
yang berkaitan dengan sistem tata surya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian tata surya dan cakupannya?
B.
Bagaimana
asal mula terbentuknya tata surya?
C.
Bagaimana
keteraturan sistem tata surya dan contohnya?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tata Surya dan Cakupannya
B.
Asal Mula Terbentuknya Tata Surya
C.
Keteraturan Tata Surya
Tata surya adalah salah satu keselarasan indah yang paling
mengagumkan yang dapat disaksikan. Terdapat delapan planet dengan 54 satelit
yang diketahui dan benda-benda kecil yang jumlahnya tidak diketahui.
Planet-planet utama yang dihitung menjauh dari matahari adalah merkurius,
venus, bumi, mars, jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Bumi adalah
satu-satunya tempat dimana manusia dapat hidup dan bertahan tanpa alat bantu,
berkat tanah dan air yang melimpah serta atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas.
Pada struktur tata surya, kita menemukan contoh lain dari keindahan
keseimbangan: keseimbangan antara gaya sentrifugal yang dilawan oleh gaya
gravitasi dari benda primer planet tersebut.(Dalam astronomi, benda primer
adalah benda yang dikitari oleh benda liannya. Benda primer adalah matahari, benda
primer bulan adalah bumi). Tanpa kesimbangan ini, segala sesuatu yang ada di
tata surya akan terlontar jauh ke luar angkasa. Keseimbangan di antara kedua
gaya ini menghasilkan jalur (orbit) tempat planet dan benda angkasa lain
mengitari benda primerya.
Jika sebuah benda langit bergerak terlalu lambat, dia akan tertarik
kepada benda primernya. Jika bergerak terlalu cepat, benda primernya tidak mampu
menahannya, dan akan terlepas jauh ke angkasa. Sebalikya, setiap benda langit
bergerak pada kecepatan yang begitu tepat untuk terus dapat berputar pada
orbitnya. Lebih jauh, keseimbangan ini tentu berbeda untuk setiap benda
angkasa, sebab jarak antara planet dan matahari berbeda-beda. Demikian juga
massa benda-benda langit tersebut. Jadi, planet-planet harus memiliki kecepatan yang berbeda untuk
tidak menabrak matahari atau terlempar menjauh ke angkasa.
Ahli astronomi penganut materialisme bersikukuh bahwa asal mula dan
kelangsungan tata surya dapat dijelaskan karena kebetulan. Lebih dari tiga abad
lalu, banyak pemuja materialisme telah berspekulasi tentang bagaimana
keteraturan menakjubkan ini bisa terjadi dan mereka gagal sama sekali. Bagi
penganut materialisme, keseimbangan dan keteraturan tata surya adalah misteri
tak terjawab. [1]
Kepler dan Galileo, dua astronomi yang termasuk orangorang pertama
yang menemukan keseimbangan paling sempurna, mengakuinya sebagai rancangan yang
disengaja dan tanda campur ilahiah di seluruh
alam semesta. Isaac Newton, yang diaku sebagai salah satu pemikir ilmiah
terbesar sepanjang masa, pernah menulis:[2]
sistem paling indah yang terdiri dari matahari, planet, dan komet
ini dapat muncul dari tujuan dan
kekuasaan Zat yang berkuasa dan cerdas....Dia mengendalikan semuanya,
tidak sebagai jiwa namun sebagai penguasa dari segalanya, dan disebabkan
kekuasaan-Nya, Dia biasa disebut sebagai “Tuhan Yang Maha Agung”
Untuk contoh dari keteraturan sistem tata surya, berikut contohnya
baik secara ilmiah maupun yang dijelaskan dalam Al-Qur’an:
1.
Rotasi
Alam Semesta[3]
Salah satu sebab utama mengapa terjadi keseimbangan di alam semesta
ini adalah beredarnya benda-benda angkasa sesuai dengan orbit atau lintasan
tertentu. Allah SWT berfirman,
“Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”(QS.Al-Anbiya:33)
Superclaster, galaksi, bintang-bintang, planet, dan bulan berputar
pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja
secara teratur seperti roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga
begerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya
bergerak 500 juta km menjauhi posisi sebelumnya. Dari hasil perhitungan para
pakar sains, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja
dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya,
marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih
besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
Selama berevolusi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang
berdeviasi sebesar 2,8 mm dari litasannya yang benar setiap 29 km. Andaikan
penyimpangan orbit adalah 2,5 mm, bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat
luas dan kita semua akan membeku. Anadaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm,
kita akan hangus dan mati.
Menurut Harun Yahya dalam bukunya yang berjudul The Quran Leads
The Way to Science menjelaskan
bahwa, di dalam al-Qur’an dijelaskan pula bahwa matahari tidak statis tetapi
bergerak dalam orbit tertentu[4]:
“dan
matahari berjalan di tempat peredarannya, demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS.Yaasin:38)
Menurut perhitungan ahli astronomi, matahari bergerak dengan
kecepatan sangat tnggi yaitu 720.000km/jam ke arah bintang Vega dalam orbit
tertentu yang disebut Solar Apex. Hal ini berarti bahwa matahari
bergerak kira-kira 17.280.000km/hari. Bersama matahari, semua planet dan
satelit di dalam sistem gravitasi matahari juga menempuh jarak yang sama. Lebih
jauh, semua bintang di alam semesta berada dalam gerakan terencana yang sama.
2.
Tempat
Kedudukan Bumi[5]
Di samping keseimbangan yang menakjubkan ini, posisi bumi di dalam
tata surya dan alam semesta juga merupakan bukti lain kesempurnaan ciptaan
Allah.
Temuan terakhir astronomi menunjukkan pentingnya keberadaan planet
lain bagi bumi. Ukuran dan posisi Yupiter, sebagai contoh, ternyata begitu
penting. Perhitungan astrofisika menunjukkan bahwa, sebaga planet terbesar
dalam tata surya, Yupiter menjamin kestabilan orbit bumi dan planet lainnya. Peran
Yupiter melindungi bumidijelakan dalam artikel “How Special Jupiter is”
karya George Wheterill:
Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter,
bumi ternyata telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet dan meteor
serta serpihan antar planet. Jika saja tanpa Yupiter, kita tadak mungkin ada
untuk mempelajari asal-usul tata surya.
Intinya, struktur tata surya telah dirancang khusus bagi manusia
untuk hidup.
Mari kita kaji juga tempat kedudukan tata surya di alam semesta.
Tata surya kita berada di salah satu cabang spiral raksasa dari galaksi Bima
Sakti, lebih dekat ke tepi dari pada ke tengah. Keuntungan apa yag didapat dari
posisi seperti ini? Dalam Nature’s Destiny, Michael Dalton menjelaskan:
“Yang mengejutkan adalah bahwa alam semesta bukan asaja luar biasa tepat bagi keberadaan manusia dan
adaptasi biologis manusia, namun juga bagi pemahaman kita. Karena posisi tata
sutya kita di tepi galaksi, pada malam
hari kita dapat memandang jauh ke galaksi dan menggali pengetahuan dari
struktur keseluruhan alam semesta. Andai saja kita berada di tengah galaksi,
kita tidak akan pernah menyaksikan keindahan galaksi spiral atau memiliki
gagasan tentang struktur alam semesta”.
Dengan kata lain, bahkan
posisi bumi di galaksi merupakan bukti bahwa bumi diciptaka bagi manusia untuk
hidup, demikian pula seluruh hukum Fisika alam semesta. Ini kebenaran nyata
bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Allah. Seperi yang diungkapkan
dalam al-Qur’an:
Dan
tidak kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,
maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka kan masuk neraka.(QS.Shaad:28)
Pemahan
mendalam ini diungkapkan di dalam ayat lain al-Qur’an yakni QS.Ali Imran ayat
190-191.
IV.
KESIMPULAN
V.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Harun, The Creator of Universe:Penciptaan Alam
Semesta,terj.Ary Nilandari, Bandung:Dzikra,2003.
[1]Harun
Yahya, The Creator of Universe (Penciptaan Alam Semesta),terj.Ary
Nilandari, (Bandung:Dzikra,2003),hlm.64
[2]
Harun Yahya, The Creator of Universe (Penciptaan Alam Semesta),terj.Ary
Nilandari, hlm.65
[3]
Agus Mulyono dan Ahmad Abtikhi, Fiska & al-Qur’an,(Malang:UIN Malang
Press, 2006), hlm.33
[4]
Harun Yahya, The Quran Leads The Way to Science (Al-Qur’an dan Sains),terj.Ary
Nilandari, (Bandung:Dzikra,2002),hlm.83
[5]
Harun Yahya, The Creator of Universe (Penciptaan Alam Semesta),terj.Ary
Nilandari, hlm.68