Senin, 24 Juni 2013

Keris Sebagai Benda Bersejarah

KERIS SEBAGAI BENDA BERSEJARAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Maftukhah, M. Si.




Description: IAIN







Disusun Oleh :
Roihanatul Mustafidah           (103611021)                                    

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2013
KERIS SEBAGAI BENDA BERSEJARAH
I.            PENDAHULUAN
Negara kita adalah negara kesatuan dimana terdiri dari bebrapa pulau dan disertai adat istiadat dan budaya masyarakat yang berbeda pula. Dari budaya-budaya yang berbeda itupun terlahir beraneka ragam hasil karya. Misalkan, tarian, tradisi dan benda-benda. Dari sekian banyak karya yang salah satunya berupa benda adalah keris.
Keris, sebagian besar orang menyebutnya sebagai senjata dan sebagian lagi menyebutnya sebagai benda berharga yang mempunyai daya magis tinggi. Namun dalam hal ini, penulis mengartikan keris sebagai senjata tikam yang berbentuk asimetris, bermata dua dan berasal dari budaya Jawa. Dari tempat asalnya, keris kemudian menyebar ke Pulau Bali, Lombok, Kalimantan, dan bahkan hingga Brunei Darussalam, Malaysia, dan Pulau Mindanao di Filipina. Dari hanya sinjata tikam, keris kemudian berkembang menjadi simbol status sosial dan simbol kejantanan atau kekuasaan bagi pemiliknya.[1]
Untuk lebih jelasnya dalam mengenal keris, sejarah, makna filosofi, maam-macamnya dan fungsi dari keris itu sendiri. Marilah kita simak beberapa penjelasan yang ada di bawah ini.

II.            PEMBAHASAN
A.       Sejarah Keris
Sejarah keris sampai sekarang belum ada kejelasan mana yang pasti kapan itu keris dibuat pertama kali. Karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di relief candi atau patung. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa prasasti dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
Keris adalah khazanah budaya yang cukup istimewa. Gambar timbul (relief) yang paling kuna memperlihatkan besi telah wujud semasa pembentukan prasasti batu yng ditemui di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan huruf pallawa[2] dan mempunyai gambar-gambar seperti kapak, sabit, belati, pisau dan keris. Ini menunjukkan masyarakat Islam Nusantara pada masa itu telah mencipta seni pahat yang bernilai tinggi.[3]
Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih. Di atas tulisan prasasti itu ada beberapa gambar, di antaranya: trisula, kapak, sabit kudi, dan belati atau pisau yang bentuknya amat mirip dengan keris buatan Nyi Sombro, seorang empu wanita dari zaman Pajajaran. Ada pula terlukis kendi, Salah satu relief pada dinding Candi Borobudur yang memperlihatkan gambar orang mengenakan keris dengan bentuk masih sederhanakalasangka,danbungateratai.
Kendi, dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambnagkan keabadian, sedangkan teratai lambang harmoni alam.
Ada beberapa teori yang menjelaskan kapan keris itu ada di Indonesia.[4]
1.        G.B. Gardner pada tahun 1936 pernah berteori bahwa keris adalah perkembangan bentuk dari senjata tikam zaman prasejarah, yaitu tulang ekor atau sengat ikan pari dihilangkan pangkalnya, kemudian dibalut dengan kain pada tangkainya. Dengan begitu senjata itu dapat digenggam dan dibawa-bawa. Maka jadilah sebuah senjata tikam yang berbahaya, menurut ukuran kala itu.
2.        Griffith Wilkens pada tahun 1937 berpendapat bahwa budaya keris baru timbul pada abad ke-14 dan 15. Katanya, bentuk keris merupakan pertumbuhan dari bentuk tombak yang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan antara Asia dan Australia. Dari mata lembing itulah kelak timbul jenis senjata pendek atau senjata tikam, yang kemudian dikenal dengan nama keris. Alasan lainnya, lembing atau tombak yang tangkainya panjang, tidak mudah dibawa kemana-mana. Sukar dibawa menyusup masuk hutan. Karena pada waktu itu tidak mudah orang mendapatkan bahan besi, maka mata tombak dilepas dari tangkainya sehingga menjadi senjata genggam.
3.        A.J. Barnet Kempers. Pada tahun 1954 ahli purbakala itu menduga bentuk prototipe keris merupakan perkembangan bentuk dari senjata penusuk pada zaman perunggu. Keris yang hulunya berbentuk patung kecil yang menggambarkan manusia dan menyatu dengan bilahnya, oleh Barnet Kempers bukan dianggap sebagai barang yang luar biasa. Katanya, senjata tikam dari kebudayaan perunggu Dong-son juga berbentuk mirip itu. Dulunya merupakan patung kecil yang menggambarkan manusia sedang berdiri sambil berkacak pinggang (malang-kerik, bahasa Jawa). Sedangkan senjata tikam kuno yang pernah ditemukan di Kalimantan, pada bagin hulunya juga distilir dari bentuk orang berkacak pinggang. Perkembangan bentuk dasar senjata tikam itu daat dibandingkan dengan perkembangan senjata di Eropa. Di benua itu, pedang juga distilir dari bentuk manusia dengan kedua tangan terentang lurus ke samping.
Perkembangan bentuk dasar senjata tikam itu dapat dibandingkan dengan perkembangan bentuk senjata di Eropa. Di benua itu,
hulu[5], pedang juga distilir dari bentuk manusia dengan kedua tangan terentang lurus ke samping. Bentuk hulu pedang itu, setelah menyebarnya agama Kristen, kemudian dikembangkan menjadi bentuk yang serupa salib.
Dalam kaitannya dengan bentuk keris di Indonesia, hulu keris yang berbentuk manusia (yang distilir), ada yang berdiri, ada yang membungkuk, dan ada pula yang berjongkok, Bentuk ini serupa dengan patung megalitik yang ditemukan di Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam perkembangan kemudian, bentuk-bentuk itu makin distilir lagi dan kini menjadi bentuk hulu keris (Di Pulau Jawa disebut deder, jejeran, atau ukiran) dengan ragam hias cecek, patra gandul, patra ageng, umpak-umpak, dlsb.
Dalam sejarah budaya kita, patung atau arca orang berdiri dengan agak membungkuk, oleh sebagian ahli, diartikan sebagai lambang orang mati. Sedangkan patung yang menggambarkan manusia dengan sikap sedang jongkok dengan kaki ditekuk, dianggap melambangkan kelahiran, persalinan, kesuburan, atau kehidupan. Sama dengan sikap bayi atau janin dalam kandungan ibunya.
4.        Sebagian ahli bangsa Barat yang tidak yakin bahwa keris sudah dibuat di Indonesia sebelum abad ke-14 atau 15. Mereka mendasarkan teorinya pada kenyataan bahwa tidak ada gambar yang jelas pada relief candi-candi yang dibangun sebelum abad ke-10. Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya History of Java (1817) mengatakan, tidak kurang dari 30 jenis senjata yang dimiliki dan digunakan prajurit Jawa waktu itu, termasuk juga senjata api. Tetapi dari aneka ragam senjata itu, keris menempati kedudukan yang istimewa.
5.        Sementara itu istilah ‘keris’ sudah dijumpai pada beberapa prasasti kuno. Lempengan perunggu bertulis yang ditemukan di Karangtengah, berangka tahun 748 Saka, atau 842 Masehi, menyebut-nyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Poh sebagai daerah bebas pajak, sesaji itu antara lain berupa ‘kres’, wangkiul, tewek punukan, wesi penghatap.
6.        Pada lukisan gambar timbul (relief) Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada. Arca raksasa penjaga, menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris.
7.        Sementara itu edisi pertama dan kedua yang disusun oleh Prof. P.A Van Der Lith menyebutkan, sewaktu stupa induk Candi Borobudur, yang dibangun tahun 875 Masehi, itu dibongkar, ditemukan sebilah keris tua. Keris itu menyatu antara bilah dan hulunya. Tetapi bentuk keris itu tidak serupa dengan bentuk keris yang tergambar pada relief candi. Keris temuan ini kini tersimpan di Museum Ethnografi, Leiden, Belanda. Keterangan mengenai keris temuan itu ditulis oleh Dr. H.H. Juynbohl dalam Katalog Kerajaan (Belanda) jilid V, Tahun 1909. Di katalog itu dikatakan, keris itu tergolong ‘keris Majapahit‘, hulunya berbentuk patung orang, bilahnya sangat tua. Salah satu sisi bilah telah rusak. Keris, yang diberi nomor seri 1834, itu adalah pemberian G.J. Heyligers, sekretaris kantor Residen Kedu, pada bulan Oktober 1845. Yang menjadi residennya pada waktu itu adalah Hartman. Ukuran panjang bilah keris temuan itu 28.3 cm, panjang hulunya 20,2 cm, dan lebarnya 4,8 cm. Bentuknya lurus, tidak memakai luk. Mengenai keris ini, banyak yang menyangsikan apakah sejak awalnya memang telah diletakkan di tengah lubang stupa induk Candi Borobudur. Barnet Kempres sendiri menduga keris itu diletakkan oleh seseorang pada masa-masa kemudian, jauh hari setelah Candi Borobudur selesai dibangun. Jadi bukan pada waktu pembangunannya.
8.        Ada pula yang menduga, budaya keris sudah berkembang sejak menjelang tahun 1.000 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas laporan seeorang musafir Cina pada tahun 922 Masehi. Jadi laporan itu dibuat kira-kira zaman Kahuripan berkembang di tepian Kali Brantas, Jawa Timur. Menurut laporan itu, ada seseorang Maharaja Jawa menghadiahkan kepada Kaisar Tiongkok "a short swords with hilts of rhinoceros horn or gold (pedang pendek dengan hulu terbuat dari dari cula badak atau emas). Bisa jadi pedang pendek yang dimaksuddalam laporan itu adalah protoptipe keris seperti yang tergambar pada relief Candi Borobudur dan Prambanan.
9.        Sebilah keris yang ditandai dengan angka tahun pada bilahnya, dimiliki oleh seorang Belanda bernama Knaud di Batavia (pada zaman Belanda dulu). Pada bilah keris itu selain terdapat gamabar timbul wayang, juga berangka tahun Saka 1264, atau 1324 Masehi. Jadi kira-kira sezaman dengan saat pembangunan Candi Penataran di dekat kota Blitar, Jawa Timur. Pada candi ini memang terdapat patung raksasa Kala yang menyandang keris pendek lurus.
10.    Gambar yang jelas mengenai keris dijumpai pada sebuah patung siwa yang berasal dari zaman Kerajaan Singasari, pada abad ke-14. Digambarkan dengan Dewa Siwa sedang memegang keris panjang di tangan kanannya. Jelasini bukan tiruan patung Dewa Siwa dari India, karena di India tak pernah ditemui adanya patung Siwa memegang keris. Patung itu kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda.
11.    Pada zaman-zaman berikutnya, makin banyak candi yang dibangun di Jawa Timur, yang memiliki gambaran keris pada dinding reliefnya. Misalnya pada Candi Jago atau Candi Jajagu, yang dibangun tahun 1268 Masehi. Di candi itu terdapat relief yang menggambarkan Pandawa (tokoh wayang) sedang bermain dadu. Punakawan yang terlukis di belakangnya digambarkan sedang membawa keris. Begitu pula pada candi yang terdapat di Tegalwangi, Pare, dekat Kediri, dan Candi Panataran. Pada kedua candi itu tergambar relief tokoh-tokoh yang memegang keris.
12.    Dalam laporan seorang musafir Cina bernama Ma Huan. Laporannya Yingyai Sheng-lan di tahun 1416 Masehi ia menuliskan pengalamannya sewaktu mengunjungi Kerajaan Majapahit. Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksamana Cheng-ho atas perintah Kaisar Yen Tsung dari dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir semua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok. Jelas ayang dimaksud adalah keris.
Kata Ma Huan dalam laoparan itu: These daggers have very thin stripes and within flowers and made of very best steel; the handle is of gold, rhinoceros, or ivory, cut into the shapeof human or devil faces and finished carefully.
Laporan ini membuktikan bahwa pada zaman itu telah dikenal teknik pembuatan senjata tikam dengan hiasan pamor dengan gambaran garis-garis amat tipis serta bunga-bunga keputihan. Senjata ini dibuat dengan baja berkualitas prima. Pegangannya, atau
Salah satu panil relief di Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu.hulunya, terbuat dari emas, cula badak, atau gading.
13.    Gambar timbul mengenai cara pembuatan keris, dapat disaksikan di Candi Sukuh, di lereng Gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada candra  sengkala memet di candi itu, terbaca angka tahun 1316 Saka atau 1439 Masehi. Cara pembuatan keris digambarkan di candi itu tidak jauh dengan cara pembuatan keris pada zaman sekarang. Baik peralatan kerja, palu dan ububan, maupun hasil karyanya berupa keris, tobak, kudi, dll.
Dari sekian teori di atas, tidak selalu benar. Bagi sebagian besar pecinta keris di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, teori –teori yang dikemukakan oleh para ahli Barat itu banyak sekali mengandung kelemahan, dan terkadang bahkan tidak logis.
Satu hal yang tidak ‘tertangkap’ dalam alam pikir para ahli Barat, adalah bahwa keris dibuat orang (para empu) sama sekali bukan dengan maksud untuk digunakan sebagai alat pembunuh. Banyak buku yang ditulis orang Barat menyebut keris sebagai salah satu senjata tikam atau stabbing weapons. Buku-buku Barat pada umumnya memberi kesan bahwa keris serupa atau sama saja dengan belati atau ponyard (poignard).
Padahal ada perbedaan sangat besar dan mendasar di antara mereka. Belati, sangkur, atau poyard memang sengaja dibuat untuk menusuk lawan, melukai atau membunuhnya, sedangkan keris tidak. Keris dibuat terutama untuk digunakan sebagai pusaka atau sipat kandel, yang dipercaya dapat melindungi serta memberi keselamatan dan kesejahteraan pemiliknya.
Kekeliruan lain yang terasa agak menyakitkan hati, adalah penyebutan keris-keris sajen sebagai keris Majapahit oleh sebagian buku yang ditulis oleh orang Barat. Bagi orang Indonesia, terutama suku bangsa Jawa, keris Majapahit adalah salah satu produk budaya yang indah dan relatif sempurna -- yang sama sekali tidak dapat disamakan dengan keris sajen yang dibuat amat sangat sederhana.
Dari uraian ringkas di atas, cukup beralasan bagi kita kalau memperkirakan bahwa keris sudah mulai dibuat di Indonesia, Di Pulau Jawa, pada abad ke-5 atau 6. Tentu saja dalam bentuk yang masih sederhana.
Keris mencapai bentuknya seperti yang kita kenal sekarang, diperkirakan baru pada sekitar abad ke-12 atau 13. Budaya keris mencapai puncaknya pada zaman Kerajaan Majapahit, seperti yang telah dilaporkan oleh Ma Huan. Pada kala itulah budaya keris menyebar sampai ke Palembang, Riau, Semenanjung Malaya, Brunei Darussalam, Filipina Selatan, Kamboja atau Champa, bahkan sampai ke Surathani dan Pathani di Thailand bagian selatan.[6]
B.       Makna Filosofis
Keris sendiri memiliki banyak filosofi yang masih erat dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat Jawa. Makna filosofis yang terkandung dalam sebuah keris sebenarnya bisa dilihat mulai dari proses pembuatan hingga menjadi sebuah pusaka bagi pemiliknya.
Seiring berjalannya waktu dan modernisasi, kita sadari bahwa perlu dilakukan pelestarian terhadap warisan leluhur ini agar tidak terkikis akan perkembangan jaman,  keris atau dalam bahasa jawa disebut tosan aji, merupakan penggalan dari kata tosan yang berarti besi dan aji berarti dihormati, jadi keris merupakan perwujudan yang berupa besi dan diyakini bahwa kandungannya mempunyai makna yang harus dihormati, bukan berarti harus disembah-sembah tetapi selayaknya dihormati karena merupakan warisan budaya nenek moyang kita yang bernilai tinggi.
Bila kita merunut dari pembuatnya atau yang disebut empu, ini mempunyai sejarah dan proses panjang dalam membuat atau menciptakan suatu karya yang mempunyai nilai estetika yang tinggi. Empu menciptakan keris bukan untuk membunuh tetapi mempunyai tujuan lain yakni sebagai piyandel atau pegangan yang diyakini menambah kewibawaan dan rasa percaya diri, ini dapat dilihat dari proses pembuatannya pada zaman dahulu. Membuat keris adalah pekerjaan yang tidak mudah, membutuhkan sebuah keuletan, ketekunan, dan mental yang kuat, sehingga para pembuat harus meminta petunjuk dari Tuhan melalui  laku berpuasa, tapa / bersemadi dan sesaji untuk mendapatkan bahan baku.
Posisi keris sebagai pusaka mendapat perlakuan khusus mulai dari proses menyimpan, membuka dari sarung sampai dengan merawatnya, hal ini sudah merupakan tradisi turun temurun yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa yang masih meyakini. Kekuatan spiritual didalam keris diyakini dapat menimbulkan satu perbawa atau sugesti kepada pemiliknya. Menilik Pada masa kerajaan Majapahit,  keris terbagi menjadi 2 kerangka yang saat ini masih menjadi satu acuan si empu atau pembuat keris, yakni rangka Gayaman dan rangka Ladrang/Branggah. Saat ini rangka Gayaman banyak dipakai sebagai pelengkap busana Jawa Yogjakarta dan rangka Ladrang banyak dipakai sebagai pelengkap busana Jawa Surakarta.
Nilai atau makna filosofis sebuah keris bisa pula dilihat dari bentuk atau model keris, atau yang disebut dengan istilah dapur. Selain dari dapurnya, makna-makna filosofi keris juga tecermin dari pamor atau motif dari keris itu sendiri. Keris bukan lagi sebagai senjata, namun masyarakat Jawa memaknai bahwa keris sekarang hanya sebagai ageman atau hanya dipakai sebagai pelengkap busana Jawa yang masih mempunyai nilai spiritual religius, dan sebagai bukti manusia yang lahir, hidup dan kembali bersatu kepada Tuhan sebagai Manunggaling Kawulo Gusti.[7]
Selain itu pula, secara jarwo dosok atau makna dari pemenggalan kata, keris juga memiliki maksa filosofi yaitu:[8]
Keris, kata ini dapat kita jarwa dosok-kan ke dalam dua suku kata sebagaimana yang dijabarkan berikut ini. Ke dari asal kata kekeran, yang mempunyai arti; pagar, penghalang, peringatan atau     pengendalian. Ris dari asal kata aris, yang mempunyai arti ; tenang, lambat atau halus. Dengan berlandaskan pada penjabaran tersebut, sang empu sebagai pembuat keris tersebut menginginkan agar hasil karyanya itu selalu dapat “ngeker” atau memagari dan menghalangi maupun memperingatkan juga mengendalikan sang pemilik secara “aris” atau tenang dan lambat-sabar. Artinya walaupun kita mempunyai kepandaian, kekayaan dan sejenisnya, hendaknya kita tidak “grusa-grusu”  atau tergesa-gesa untuk memamerkannya pada orang lain, agar dirinya tenar dan diketahui oleh semua orang bahwa dia mempunyai kelebihan.
Banyak makna filosofi dari keris, diantaranya adalah:
1.      Keris mengajarkan kita untuk menyimpan atau mengesampingkan ego dan amarah. Ini dimaksudkan secara tersirat dan tersurat dalam ajaran leluhur kita, bahwa agar kita dalam hal berfikir,berpendapat dan bertindak diharapkan dapat lebih bijaksana, serta perlunya menjaga akhlak dan tepo seliro kita terhadap sesama. Karena dengan menaruh dibelakang posisi keris diharapkan kita membelakangkan emosi,ego,amarah dalam serawung,pertemanan ataupun persahabatan baik didunia nyata maupun dunia maya. Tapi tetap dengan menunjukkan ketegasan dan kesantunan juga keberanian pada tempatnya dan pada saatnya. Dan ini menunjukkan bahwa kita memiliki dan mengedepankan etika, estetika dalam pergaulan,membuat perasaan nyaman bagi teman-teman di sekitar kita.
2.      Keris dan warangka sebagai filosofi dimensi spiritual. Karena masing –masing sudah mengetahui tugas dan kewajibannya. Dimana manusia, selain saling hormat menghormati,tepo seliro,mawas diri antara yang satu dengan yang lainnya, juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar dan bertanggung jawab.[9]
3.      Keris sendiri dalam kultur Jawa dipandang dan diperlakukan sebagai simbol dan juga status bagi pemiliknya. Hampir setiap keluarga aristokrat Jawa, dapat dipastikan mereka memiliki keris pusaka keluarga, yang memiliki keampuhan-keampuhan yang khas atau keistimewaan khusus dalam dapur,ricikan,maupun katiyasan atau sabda doanya.
4.      Keris juga kita akui sebagai bentuk senjata.
5.      Keris dianggap sebagai peninggalan berharga dan istimewa atau bisa dianggap sebagai pusaka wasiat.
6.      Keris sebagai lambang identitas pribadi. Sebilah keris erat kaitannya dengan identitas seseorang,terutama dalam cerita,hikayat maupun sejarah. Sebagai contoh keris empu gandring adalah kerisnya ken arok,keris naga sasra sabuk inten kerisnya mahesa jenar.
7.      Keris marupakan manifestasi doa dan sabda. Dalam dunia tosan aji, manusia Jawa merumuskan doa yang diwujudkan dalam sebentuk pusaka keris. Doa itu dilantunkan dalam laku, mulai tapa, matiraga, tapa bisu, dan lainnya. “Jadi keris sesungguhnya dalam filosofinya sebagai media untuk mengantarkan sugesti dari doa. Cita-cita dan harapan manusia Jawa dimantramkan dan disimpan dalam keris,seolah olah sang empu merekam dan menanam sabda dan doanya dalam sebilah keris. Yang dimana keris tsbt tidak jarang mjd sebuah keyakinan dan buku hidup.
8.      Wujud keris yang lurus maupun ber-lekuk memiliki makna masing-masing, keris (berlekuk) adalah simbol kebijaksanaan,dimana bila kita hidup maka kita harus menghindari hal-hal buruk yang bertentangan dengan hukum negara, hukum adat dan hukum ketuhanan. sedangkan keris lurus adalah simbol keteguhan prinsip, apabila kita melangkah harus mantap dan lurus dalam fikiran, perkataan dan perbuatan. Kebijaksanaan dan tekad itu harus seimbang dan akhirnya bermuara ke atas (Tuhan). Karena itu, keris ujungnya lancip,” Dan secara singkatnya, masing-masing lekuk melambangkan filosofi sebagai berikut:[10]
a.       Keris Lurus melambangkan kepercayaan diri dan mental yang kuat.
b.      Keris Luk 3 melambangkan keberhasilan cita-cita.
c.       Keris Luk 5 melambangkan dicintai oleh banyak orang.
d.      Keris Luk 7 melambangkan kewibawaan.
e.       Keris Luk 9 melambangkan kewibawaan, kharisme dan kepempiminan.
f.       Keris Luk 11 melambangkan kemampuan untuk mencapai pangkat tinggi.
g.      Keris Luk 13 melambangkan : kehidupan stabil dan tenang.
9.      Keris sebagai falsafah. Bentuk dhapur dan corak pamor yang beraneka ragam memiliki nilai falsafah, dhapur brojol= penggapaian cita-cita, pamor pedaringan kebak= harapan sukses akan material, dan lain sebagainya. Luk 11,contoh Dapur Sabuk Inten, merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan atau kemewahan. Dari aspek filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang dimiliki oleh para pemilik modal, pengusaha, atau pedagang pada zaman dahulu.
Luk 13,contoh Dapur Sengkelat mengandung makna nyala (kehidupan) hati, maksudnya adalah perilaku yang luhur, dimana setiap siang dan malam kita selalu waspada dalam keadaan apapun. Dan juga keris-keris yang lain memiliki makna dan filosofi masing-masing.[11]
C.       Macam-Macam Keris
Keris mempunyai beraneka ragam jenisnya. Baik berdasarkan dapur, pamornya maupun  asal dari keris itu sendiri. Berikut berdasarkan dapur menurut pakem Jawa:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifhU02wYSqN0rA8p_TWrgKj1d5biDPmLBri9bVlT0njrRkFK1axP9__D39ISwafzycyucpcQ9b1tEmUyMC8H2U5Bbk8IxdzM_vcEd0pB8j7O5nHOV_8yzuy_G9-ZvsoE8zGbnq1TQXtDnj/s320/P1000121.JPGKeris Lurus[12] :

1. Betok
                              2. Brojol               
3. Tilam Upih                    4. Jalak
5. Panji Anom
                   6. Jaka Supa        
7. Semar Betak                 8. Regol
9. Karna Tinanding
          10. Kebo Teki      
11. Kebo Lajer atau Mahesa Lajer
12. Jalak Ruwuh               13. Sempane Bener
14. Jamang Murub
           15. Tumenggung
16. Pantrem
       17. Sinom Worawari
18. Condong Campur
                      19. Kalamisani                     20. Pasopati
21. Jalak Dinding
                              22. Jalak Sumelang Gandring
23. Jalak Ngucup Madu
  24. Jalak Sangu Tumpeng
25. Jalak Ngore
                 26. Mundarang
27. Yuyu Rumpung
                         28. Mesem
29. Semar Tinandu
                          30. Ron Teki                         63. Maraseba
31. Dungkul
                                       32. Kelap Lintah  33. Sujen Anpel
34. Lar Ngata
                                    35. Mayat Miring                36. Kanda Basuki
37. Putut Kembar
                             38. Mangkurat                     39. Sinom
40. Kala Munyeng
                           41. Pinarak                           42. Tilam Sari
43. Jalak Tilam Sari
                         44. Wora Wari                      45. Marak
46. Damar Murub
                            47. Jaka Lola Sepang         48. Sepang
49. Cundrik
                                        50. Cengkrong                      51. Naga Tapa
52. Jalak Ngoceh
                              53. Kala Nadah                   54. Balebang
55. Pundhak Sategal
                        56. Kala Dite                        57. Pandan Sarawa
58. Jalak Barong atau Jalak Makara
                                           59. Bango Dolok Leres
60. Singa Barong Leres
   61. Kikik                                62. Mahesa Kantong
63. Maraseba

Dapur Keris Luk 3 :

1. Jangkung Pacar
                            2. Jangkung Mangkurat                     3. Mahesa Nempuh
4. Mahesa Soka
                                5. Segara Winotan                               6. Jangkung
7. Campur Bawur
                             8. Tebu Sauyun                                   9. Bango Dolok
10. Lar Monga
                                  11. Pudhak Sategal Luk 3 12. Singa Barong Luk 3
13. Kikik Luk 3
                                 14. Mayat                                             15. Wuwung
16. Mahesa Nabrang
                       17. Anggrek Sumelang Gandring

Dapur Keris Luk 5 :

1. Pandawa
                                        2. Pandawa Cinarita                           3. Pulang Geni
4. Anoman
                                         5. Kebo Dengen                   6. Pandawa Lare
7. Pudhak Sategal Luk 5
8. Urap – Urap                                     9. Naga Salira
10. Naga Siluman
                             11. Bakung                                           12. Rara Siduwa
13. Kikik Luk 5
                                 14. Kebo Dengen                 15. Kala Nadah Luk 5
16. Singa Barong Luk 5
  17. Pandawa Ulap                               18. Sinarasah
19. Pandawa Pudak Sategal

Dapur Keris Luk 7 :

1. Carubuk
                         2. Sempana Bungkem                        3. Balebang Luk 7
4. Murna Malela
               5. Naga Keras                                       6. Sempana Panjul
7. Jaran Guyang
               8. Singa Barong Luk 7                        9. Megantara
10. Carita Kasapta
           11. Naga Kikik Luk 7

Dapur Keris Luk 9 :

1. Sempana
                       2. Kidang Soka                                    3. Carang Soka
4. Kidang Mas
                   5. Panji Sekar                                       6. Jurudeh
7. Paniwen
                         8. Panimbal                                          9. Sempana Kalentang
10. Jaruman
                      11. Sabuk Tampar                              12. Singa Barong Luk 9
13. Buto Ijo
                       14. Carita Kanawa Luk 9  15. Kidang Milar
16. Klika Benda

Dapur Keris Luk 11 :

1. Carita
                             2. Carita Daleman                               3. Carita Keprabon
4. Carita Bungkem
           5. Carita Gandu                                   6. Carita Prasaja
7. Carita Genengan
          8. Sabuk Tali                                        9. Jaka Wuru
10. Balebang Luk 11
       11. Sempana Luk 11                          12. Santan
13. Singa Barong Luk 11
                                                                14. Naga Siluman Luk 11
15. Sabuk Inten
                16. Jaka Rumeksa

Dapur Keris Luk 13 :

1. Sengkelat
                       2. Parung Sari                                       3. Caluring
4. Johan Mangan Kala
    5. Kantar                                               6. Sepokal
7. Lo Gandu
                      8. Nagasasra                                         9. Singa Barong Luk 13
10. Carita Luk 13
             11. Naga Siluman Luk 13  12. Mangkunegoro
13. Bima Kurdo Luk 13
                                                  14. Kalawelang Luk 13
Dapur Keris Luk 15 :

1. Carang Buntal
                              2. Sedet                  3. Raga Wilah
4. Raga Pasung
                 5. Mahesa Nabrang            6. Carita Buntala Luk 15

Dapur Keris Luk 17 :

1. Carita Kalentang
                          2. Sepokal Luk 17               3. Kancingan
4. Ngamper Buta

Dapur Keris Luk 19 :

1. Trimurda
                                        2. Karacan                            3. Bima Kurda Luk 19

Dapur Keris Luk 21 :

1. Kala Tinanding
                             2. Trisirah                              3. Drajid

Dapur Keris Luk 25

 1. Bima Kurda Luk 25

Dapur Keris Luk 27

1. Taga Wirun

Dapur Keris Luk 29

1. Kala Wendu Luk 29

Berikut macam-macam keris yang tersebar di seluruh Indonesia[13]:
1.      Jenis Semenanjung (jenis utara)
Jenis ini merupakan jenis dan macam keris yang ditemukan di daerah Melayu. Sebagai peninggalan dari kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Adapun bentuk  keris melayu ini dinamakan keris Ulu Dema  m, mengacu pada bentuknya yang
mirip orang berpelukan karena demam. Sedangkan ukiran keris ini didominasi ukiran bentuk persegi empat, khas ukiran jennis semenanjung.


2.      Jenis Pekakak
Keris ini ulunya terbuat dari tanduk atau kayu yang kemudian dibentuk seperti burung perkakak. Salah satu ciri khas da  ri jenis perkakak ini adalah mata keris yang lebih panjang dari mata keris pada umumnya. Keris pekakak bisa memiliki 31 luk di mata kerisnya.

3.      Keris Sumatra
Jenis iniemiliki khas pada mata, ulu dan sarungnya. Keris model inimemiliki mata berbentuk tirus dan m  emanjang ayng kemudian disebut keris panjang. Da sebagian keris di Sumatra ayng bermata pendek adan kemudian dikenal keris pendek atau pandak. Ulu keris ini berbentuk bengkok dengan ornament bunga-bunga sebagai hiasan.
4.      Keris Jawa
Jenis ini terlihat dari ciri khas pada ulunya yang berbentuk melengkung seperti pistol. Biasanya keris model ini digunakan sebagai keris pusaka di zaman kerajaan-kerajaan di Jawa dahulua seperti Majapahit. Keris-keris pusaka Jawa yang terkenal adalah keris di zaman kerajaan Singasari buata empu Gandring. Pada keris Jawa terutama keris pusaka dipasang cincin pada bagian ulu kerinsnya yang disebut dengan pendongkok.

D.       Fungsi Keris
Pada masa kini, keris memiliki fungsi yang beragam dan hal ini ditunjukkan oleh beragamnya bentuk keris yang ada. Keris sebagai elemen persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama.
Pada masa kini, keris juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara mistik atau paranormal. Keris disebut-sebut sebagai benda yang punya kekuatan mistik dan bahkan bisa berdiri.
Keris untuk penggunaan semacam ini memiliki bentuk berbeda, dengan pesi menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit"(tetapi tidak sama dengan keris tangguh Majapahit).
Media massa sering mengidentikkan keris semacam ini dengan"seram", "dukun", "klenik", "ilmu hitam", dan lain-lain.padahal didalam ilmu pembuatannya itu adalah wesi aji,dan dengan itu kita tahu bahwa leluhur kita amat cakap dalam ilmu gravitasi serta fisika dan jauh dari kata "musyrik". Alih-alih menyebarluaskan pandangan yang benar tentang wesi aji,media massa malah melakukan"bunuh diri budaya"."Penghalusan" fungsi keris tampaknya semakin menguat sejak abad ke-19 dan seterusnya, sejalan dengan meredanya gejolak politik di Nusantara dan menguatnya penggunaan senjata api. Dalam perkembangan ini, peran keris sebagai senjata berangsur-angsur berkurang. Sebagai contoh, dalam idealisme Jawa mengenai seorang laki-laki "yang sempurna", sering dikemukakan bahwa keris menjadi simbol pegangan ilmu/keterampilan sebagai bekal hidup. Berkembangnya tata krama penggunaan keris maupun variasi bentuk sarung keris(warangka) yang dikenal sekarang dapat dikatakan juga merupakan wujud penghalusan fungsi keris. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy2PLPW-E3jYUjnLW6-uBQi_e0x_nBBXhE4cfEcpUxbbQH2TbO74uPC9eUqTsvHj7o85qu7-CwGbVO_Ja4Vn5tGw0zOMkbpkB4nOwrr2BT6BIinFCDv89r6VnYwJKQxsfK_pTQ-BSoG5k/s320/8.JPG
Pada masa kini, kalangan perkerisan Jawa selalu melihat keris sebagai tosan aji atau "benda keras (logam) yang luhur", bukan sebagai senjata. Keris adalah dhuwung, bersama-sama dengan tombak; keduanya dianggap sebagai benda "pegangan" (ageman) yang diambil daya keutamaannya dengan mengambil bentuk senjata tikam pada masa lalu. Di Malaysia, dalam kultur monarki yang kuat, keris menjadi identitas kemelayuan.
Tata cara penggunaan keris berbeda-beda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di depan pada masa perang. Penempatan keris di depan dapat diartikan sebagai kesediaan untuk bertarung. Selain itu, terkait dengan fungsi, sarung keris Jawa juga memiliki variasi utama: gayaman dan ladrang. Sementara itu, di Sumatra, Kalimantan, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan dalam upacara-upacara kebesaran.[14]
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.[15]
Selain itu pula, fungsi keris secara ideofak yaitu:
1.      Keris dan Spiritualitas-Religiusitas Masyarakat Islam
Keris dianggap sebagai pertemuan antara antara sang guru bakal (pasir besi dari bumi) dan guru dadi (batu meteor yang jatuh dari langit) sehingga merupakan satu komponen yang mendasar dari bersatunya hamba dan Tuhannya (curigo manjing warongko jumbuhing kawula lan gusti) sebagai sarana sesaji hingga saat ini masih dapatdilihat pada upacara-upacara keagamaan di Jawa dan Bali. Memang keris tak lepas dari nilai spiritual tetapi keris selalu diciptakan oleh sang empu untuk hal yang baik. Ada yang berfungsi supaya omongan (pembicaraan) selalu dipercaya oleh orang, menambah kewibawaan, memperoleh rizqi dan sebagainya.[16]  Dan tidak segan-segan mereka yang percaya bahwa di dalam keris ada isinya, mereka akan memberi sesaji.
2.      Esoteri Keris
Keris menjadi medium ekspresi kesenian. Keris diciptakan atas dasar kaodah-kaidah keindahan di mana sang empu berkreasi lewt daur dan pamornya.
3.      Motivasi Psikologis dalam Keris
Keris memiliki kekuatan motivasi yang mempengaruhi perilaku. Keris merupakan sebuah aturan/norma/angger-angger yang tervisual. Sehingga keris mampu mempengaruhi prilaku pemiliknya. Seseorang menjadi pemberani karena memiliki keris pasopati misalnya dalam babad tanah Jawi diceritakan keberanian Arya Penangsang dengan keris setan kobernya.[17]  

III.            ANALISIS
Dari beberapa penjelasan yang ditujukan untuk menjawab rumusan masalah di atas, dapat kita analisis bersama. Bahwa asal usul kapan yang pasti dan tepat awal dan sumber terbuatnya keris dari teori-teori baik yang disampaikan oleh orang Barat maupun Indonesia sendiri belum ada titik temu. Walaupun dalam sudah diadakan penelitian dari berbagai sumber. Misal dalam bentuk candi dan pahatan-pahatan  yang menyertainya. Sedangkan makna filosofis yang terkandung dalam keris itu sendiri ada banyak, diantaranya keris sebagai pegangan yang diyakini menambah kewibawaan dan rasa percaya diri, sebagai senjata,dan wujud keris yang lurus maupun ber-lekuk memiliki makna masing-masing, keris (berlekuk) adalah simbol kebijaksanaan. Untuk Macam-macam keris, dapat ditinjau dari dapur, pamornya maupun  asal daerah dari keris tersebut. Dan Fungsi keris sekarang ini tidak hanya sebagai senjata saja. Tetapi keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya. Dapat dilihat sendiri, dalam acara ernikahan yang dilkukan oleh orang Jawa, bagi pengantin laki-laki di busananya disertai adanya keris juga.




IV.            DAFTAR PUSTAKA

Al-Mudra, M. Keris dan Budaya Melayu, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2004).
Harsrinuksmo B. 1985. Tanya Jawab Soal Keris. Pusat Keris Jakarta. Jakarta.
Kusni. 1979. Pakem. Pengetahuan tentang Keris. C.V. Aneka. Semarang
Lumintu. 1985. Besi, Baja, dan Pamor Keris. Pusat Keris Jakarta. Jakarta.
Pamungkas. Ragil. Mengenal Keris: Senjata”Magis”Masyarakat Jawa.(Yogyakarta:Penerbit NARASI, 2007).
Yuwono. Basuki Teguh. “ Sembilan Fungsi dan Peran Keris dalam Masyarakat”. Dalam Journal/Item/4.
Fauzi.Rachmad.Keris-Sebagai-Warisan-Budaya.http://rachmad-uzi.blogspot.com/2011/06/keris-sebagai-warisan-budaya.html 6:00 5/21/2013
Rony Setio Aji. Makna dan Filosofi Keris Dalam Budaya Jawa http://www.timlo.net/baca/77/makna-dan-filosofi-keris-dalam-budaya-jawa/ 12:30 24/05/2013
Syirfan. Keris Sebuah Kajian.http://syirfan.wordpress.com/15:20. 5/21/13



[1] Al-Mudra, M.. Keris dan Budaya Melayu, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu, 2004).
[2] Pallawa adalah jenis tulisan kuno, Dewanagari. Melihat bentuk tulisan yang tertera tersebut, maka dapat kita perkirakan bahwa prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi.http://syirfan.wordpress.com/2008/04/11/keris-sebuah-kajian/
[3] http://syirfan.wordpress.com/2008/04/11/keris-sebuah-kajian/
[5]Nama hulu keris terkenal di semenanjung Malaka, Riau, Jambi, Serawak, Brunei dan Sabah. Terbuat dari kayu keras, gading atau perak. Bentuknya menyerupai kepala raksasa dengan mata besar dan hidung panjang yang distilir. Di pulau Jawa bentuk ini dijumpai juga di daera Surakara dan disebut Rajamala.(ensiklopedia keris)

[7]Rony Setio Aji. Makna dan Filosofi Keris Dalam Budaya Jawa http://www.timlo.net/baca/77/makna-dan-filosofi-keris-dalam-budaya-jawa/ 12:30 24/05/2013    
[8] Kusni. 1979. Pakem. Pengetahuan tentang Keris. C.V. Aneka. Semarang. Hal. 91.
[9] Lumintu. 1985. Besi, Baja, dan Pamor Keris. Pusat Keris Jakarta. Jakarta. Hal. 3.
[10] Harsrinuksmo B. 1985. Tanya Jawab Soal Keris. Pusat Keris Jakarta. Jakarta. Hal. 30.
[16] Ragil Pamungkas, Mengenal Keris: Senjata”Magis”Masyarakat Jawa, (Yogyakarta:
Penerbit NARASI, 2007). Hal.218
[17]Basuki Teguh Yuwono. “ Sembilan Fungsi dan Peran Keris dalam Masyarakat”. Dalam
Journal/Item/4. (24 Mei 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar